HINDUISME
LAPORAN KUNJUNGAN ‘PURA ADITHIYA JAYA’
Dosen Pembimbing: Syaiful Azmi, MA
Disusun Oleh:
Siti Kusniyatus Sayidah (1113032100074)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PERBANDINGAN AGAMA (B)
SEMESTER 3
2014
PENDAHULUAN
Kami dari
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Perbandingan Agama pada tanggal 4 November
2014 melakukan kunjungan ke ‘Pura Adhitya Jaya’ yang berada di daerah
Rawamangun . Didampingi oleh dosen mata kuliah Hinduisme yaitu Bapak Syaiful
Azmi, MA. Kami melakukan kunjungan untuk memperdalam pengetahuan tentang Umat
Hindu. Adapun saya akan memaparkan sedikit tentang Hinduisme dari hasil
kunjungan ke Pura Adhitya Jaya. Pura ini digunakan untuk melakukan ritual
keagamaan, namun baik juga untuk masyarakat umum yang ingin menikmati
keheningan dan kedamaian hati di dalam sebuah candi di tengah hingar bingarnya
lalu lintas dan kehidupan yang keras di kota metropolitan ini. Adapun wilayah
bagian luar Pura Aditya Jaya yang disebut sabagai Nista Mandala atau Jaba
Sisi, tempat yang nyaman bagi para pengunjung Pura Aditya Jaya. Gerbang masuk Pura Aditya Jaya yang menghubungkan wilayah tengah dan wilayah
utama Pura. Wilayah tengah Pura Aditya Jaya, yang disebut Madya Mandala atau Jaba Tengah .
Candi terbesar yang berada di dalam wilayah utama Pura Aditya Jaya, yang juga disebut Utama Mandala.
1.
PURA
Pura adalah
tempat suci umat Hindu untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu pura
juga merupakan benteng umat Hindu yang bersifat rohaniah agar terlepas dari
pengaruh – pengaruh yang kurang baik dalam kehidupan ini . Terdapat
beberapa jenis pura yang berfungsi khusus untuk menggelar beberapa ritual
keagamaan Hindu dharma, sesuai penanggalan Bali:
- Pura Kahyangan Jagad: pura yang terletak di daerah pegunungan. Dibangun di lereng gunung, pura ini sesuai dengan kepercayaan Hindu Bali yang memuliakan tempat yang tinggi sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan hyang.
- Pura Segara: pura yang terletak di tepi laut. Pura ini penting untuk menggelar ritual khusus seperti upacara Melasti.
- Pura Desa: pura yang terletak dalam kawasan desa atau perkotaan, berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat Hindu dharma di Bali.
2.
KARMA PHALA
Karma
(kerja/gerak) meninggalkan Karma Wasana (bekas-bekas gerak)
yang kelak timbul menjadi Karma Phala yaitu hasil
dari perbuatan yang akan menentukan baik dan buruk penjelmaan kita di masa yang
akan datang. Hal ini dapat kita ketahui dari adanya kelahiran
orang pandai, bodoh, tampan/cantik, jelek, normal, cacat, kaya, miskin dan
sebagainya, itu adalah disebabkan oleh adanya Karma yang baik dan Karma yang
tidak baik/buruk yang telah dilakukannya pada penjelmaan terdahulu. Kita
percaya, bahwa segala perbuatan (Karma) akan memperoleh hasil (Phala/Phahala)
dan tiap hasil yang kita peroleh tergantung dari baik dan buruk dari perbuatan
yang kita perbuat. Oleh karena itu, jika ingin menjadi manusia yang baik
dan sempurna, berbuatlah baik sekarang juga.
Macam-macam Karma:
Sancita
Karma Phala(Phala/hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatan dikehidupan
sebelumnya.
Prarabdha Karma Phala(Karma atau perbuatan
yang dilakukan saat ini dan hasil/phalanya akan diterima pada kehidupna saat
ini pula.
Kryamana Karma Phala(Karma/perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat
ini namun hasilnya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.
3.
KITAB SUCI WEDA
Pengertian Weda
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa. Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini. Kitab Weda dibagi dua yaitu, Kitab Sruti dan Smrti.
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa. Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini. Kitab Weda dibagi dua yaitu, Kitab Sruti dan Smrti.
4.
TRIGUNA
Triguna terdiri
dari 2 kata yakni “Tri” yang artinya tiga (3) dan “Guna” yang artinya sifat
Jadi, Triguna artinya tiga
sifat yang mempengaruhi kehidupan manusia. Antara sifat yang satu dengan yang
lainnya saling mempengaruhi dan membentuk watak seseorang. Apalagi diantara
ketiga sifat-sifat tersebut terjalin dengan harmonis, maka seseorang akan dapat
mengendalikan pikirannya dengan baik. Akan tetapi, hubungan antara ketiga sifat
itu akan terus bergerak bagaikan roda kereta yang sedang berputar silih
berganti, saling ingin menguasai sifat yang lain, selama manusia hidup.
Bagian – Bagian Triguna:
1.
Sifat Sattwa atau Sattwam
Sifat sattwa
atau sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas, terang, tentram,
waspada, disiplin, ringan dan sifat-sifat baik lainnya.
2.
Sifat Rajah atau Rajas
Sifat rajah
atau rajas yakni sifat lincah, gesit, goncang, tergesa-gesa bimbang, dinamis,
irihati, congkak, kasar, bengis, panas hati, cepat tersinggung, angkuh dan
bernafsu.
3.
Sifat Tamah atau Tamas
Sifat tamah
atau tamas yakni sifat paling tidak sadar, bodoh, gelap, sifat pengantuk,
gugup, malas, kumal dan kadang-kadang suka berbohong.
5.
Pancsa
Sradha
Ada tiga kerangka dasar yang
membentuk ajaran agama Hindu, ketiga kerangka tersebut sering juga disebut tiga
aspek agama Hindu. Ketiga kerangka dasar itu antara lain :
- Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsafat agama
- Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata krama
- Upacara, yaitu pengetahuan tentang yajna, upacara agama
Di dalam ajaran Tattwa di dalamnya
diajarkan tentang “ Sradha “ atau kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu
jumlahnya ada lima yang
disebut
“ Panca Sradha “.
PEMBAGIAN
PANCA SRADHA
Panca Sradha terdiri dari :
- Brahman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi
- Atman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Atman
- Karma, artinya percaya akan adanya hukum karma phala
- Samsara, artinya percaya akan adanya kelahiran kembali
- Moksa, artinya percaya akan adanya kebahagiaan rokhani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar