Laporan
Hasil Kunjungan
Pura Aditya
Jaya
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hinduisme
Dosen
pengampu : Syaiful Azmi, M.A.
Disusun
Oleh:
Achmad Tedi Anwar (1113032100077)
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN
FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
KATA
PENGANTAR.
Alhamdulillah
puji serta rasa Syukur saya panjatkan kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberi saya nikmat sehat sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan kunjungan ini. Laporan ini dibuat setelah
melakukan kunjungan ke Pura Aditya Jaya. Yang di laksanakan pada hari senin
tgl 3 November 2014
Tidak lupa
saya haturkan juga ucapan terima kasih kepada pihak Universitas dan pengelola Pura Aditya Jaya yang telah member ijin
untuk berkunjung ke Pura Aditya Jaya sekaligus member kami arahan dalam
melakukan kunjungan ke sana. Juga saya haturkan rasa terima kasih saya kepada
dosen pembimbing dalam mata kuliah Hinduisme dan juga sebagai pemandu kami
dalam melakukan kunjungan ke Pura Aditya Jaya, bapak Syaiful Azmi, M.A. dan
juga saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran proses kunjungan kami ke Pura Aditya Jaya. Pembahasan dalam laporan
ini saya tulis sesuai berdasarkan apa yang telah saya dapati dan amati dari
kunjungan ke Pura Aditya Jaya. Dan mudah-mudahan apa yang saya tulis dalam
laporan ini bisa memberi manfaat kepada pembaca dalam mengenal Pura Aditya
Jaya. Dalam penyusunan laporan ini saya akui masih banyak kekurangan dan
kesalahan,. Sehingga saya harap agar ada masukan berupa saran dan kritik
mengenai laporan yang saya buat tentang Pura Aditya Jaya .
5 Desember 2014
Achmad Tedi Anwar
A. PENDAHULUAN.
Pada kesempatan kali ini saya akan
membahas Pura, Pura adalah tempat suci yang
digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu, termasuk umat Hindu di
Indonesia. Pura juga dikenal dengan istilah candi, mandir dan tongkonan. Dan
kebetulan Pura yang kami kunjungi berada di daerah Jakarta Timur, yaitu Pura Pura Adhitya Jaya terletak di Rawamangun (Komplek UNJ), Jakarta Timur. Merupakan
Pura terbesar di wilayah Jakarta. Adapun pengurus yang hadir kala itu,
diantaranya; pak Agung Putera, Ngurah Budiana, dan Wan Budi, M.Si. pengurus
Pura ada 360 KK.
Pura Aditya
Jaya dibangun dalam tujuh tahapan, tahap pertama dimulai pada tahun 1972, dan
tahap terakhir pada tahun 1997. Banyak bangunan-bangunan dan ornamen-ornamen
yang bergaya khas bali sehingga ketika kita memasuki Pura tersebut seperti kita
berada di bali. Wilayahnya juga cukup luas dan banyak pohon-pohon besar yang
rindang di sekelilingnya.Terdapat juga Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH).Pada
hari sabtu dan minggu pura ini sangat ramai dengan pengunjung.
B. PELAKSANAAN
KEGIATAN.
1.
Tempat
dan waktu kunjungan .
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Senin, 03 November 2014
Tempat Pelaksanaan :
Pura Aditya Jaya. Jalan Daksinapati Raya No.
10 Rawamangun, Jakarta Timur,
Waktu Pelaksanaan : 12.10 – 14.00 WIB
Jumlah Peserta Kegiatan : 40 Mahasiswa dan 30 Mahasiswi
Pembimbing : Syaiful Azmi, M.A.
Jurusan :
Perbandingan Agama
Fakultas :
Ushuluddin
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Hasil Kunjungan.
Pada kunjungan
kami kali ini kami di sambut oleh bpk Agung Putera, Ngurah Budiana, dan Wan Budi,
M.Si . yang mempersilahkan kami masuk dan memberikan materi
tentang sejarah Pura tersebut dan beberapa pokok ajaran Agama Hindu seperti
contoh mengenai orang suci,
Weda, Karmaphala, Panca Srada, konsep Surga dan Neraka, dan lain-lainnya.
Dalam agama Hindu orang suci bisa juga
di sebut nabi atau Maharsi, Maharsi pun di bagi dua yaitu Maharsi Byasa dan
Maharsi Sabta. Maharsi Byasa
adalah begawan biasa sedangkan Sabta Maharsi adalah orang yang menerima wahyu.
Kitab Suci Weda. Weda adalah kitab suci umat Hindu.Weda berasal dari kata wid
yang artinya pengetahuan.Weda tidak berawal dan tidak berakhir, weda memiliki sifat pengetahuan. Dalam ajaran
Hindu, weda termasuk dalam golongan Sruti. Umat Hindu mempercayai bahwa isi
weda merupakan kumpulan wahyu dari Brahman yang diperoleh melalui
pendengaran.Pada awal turunnya wahyu, weda diajarkan melalui ucapan atau dari
mulut ke mulut.
Selanjutnya Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma
dan phala, berasal dari bahasa Sanskerta. "Karma" artinya perbuatan
dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala. Jadi Karmaphala artinya
hasil dari perbuatan seseorang. Mereka percaya bahwa perbuatan yang baik akan
membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk akan membawa hasil yang buruk.
Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan diterimanya,
demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk, buruk pula yang akan diterimanya.
Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku
kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita
yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk.
Selain itu, dalam ajaran dasar Hindu mengenai kepercayaan yaitu akan adanya
kepercayaan yang disebut Panca Srada atau lima Unsur Srada,
Jiwa manusia memiliki triguna yakni Sattvas
yaitu sifat baik/halus, Rajas yakni sifat emosional dan yang terakhir Tamas
yakni sifat buruk. Sifat Rajas dan Tamas harus mampu dikuasai oleh Sattvas agar
manusia bias mendapat karma baik dan bias mencapai moksa (kelepasan). Jika
sifat Rajas yang menguasai maka manusia akan cenderung egois dan tak terkontrol
sama halnya dengan Tamas yang akan berujung dengan karma buruk. Jika manusia sudah terkena karma buruk dan
dia ditolak di akhirat maka jiwa akan mencari bentuk disini ada yang disebut
dengan reingkarnasi (lahir kembali). Saat manusia itu sudah mendapat bentuk
maka manusia itu harus berbuat baik agar dia dapat mencapai moksa.
Mengenai
konsep Surga dan Neraka dalam ajaran Hindu bukanlah tempat seperti dalam agama
Islam, melainkan apabila orang yang berkarma baik (karma/berbuat) akan mendapat pahala atau
Surga. Begitu juga sebaliknya, apabila ia melakukan keburukan, maka ia akan
mendapat keburukan atau Neraka. Dan ini adalah proses dalam kehidupan yang
tidak akan pernah berhenti sampai Atman bisa terbebas dari segala keburukan dan
dosa.
Dan ada satu hal yang menarik bahwasanya ketika disinggung mengenai asal
mula penciptaan di bumi yang dijelaskan bahwasanya awal mula makhluk hidup di
bumi ini adalah berasal dari tumbuhan atau ganggang-ganggang kecil yang terus
berevolusi menjadi seperti sekarang. Dan ini ada kesamaan dengan teori Evolusi
Darwinianisme yang berpendapat bahwa semua yang ada di alam ini merupakan hasil
evolusi selama jutaan tahun lamanya.
C.
KESIMPULAN DAN SARAN.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan kunjungan saya ke Pura Aditya, maka apa yang diterangkan
oleh pengurus Pura sendiri pun tidak ada bedanya dengan apa yng kami pelajari
di kampus. Dari mulai konsep Karmaphala, Weda, orang Suci, Panca Sradha, Surga
dan Neraka, itu sama dengan apa yang kai dapatkan di kelas dari pak Syaiful
Azmi, M.A. Dan juga mengenai pengamatan saya tentang bangunan di Pura Aditya
Jaya, saya melihat ada kesamaan dengan Pura yang ada di Cibubur dan pura-pura
lainnya yang ada di Bali, dari mulai pahatan patung, ornament-ornamen hiasan
Pura, dan lainnya. Dan juga para
pengurus pura pun memakai nama khas Bali. Dan mungkin corak dominan agama Hindu
di Indonesia itu adalah corak Hindu dari Bali, karena terdapat perbedaan antara
corak Hindu Bali dan Hindu di India.
D. PENUTUP.
Sebagai penutup
saya sekali lagi mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat baik itu dari pihak Universitas Pura dan Dosen pembimbing yang telah
memberi kesempatan saya yang telah mengenal lebih dalam lagi tentang ajaran
Agama hindu dan Bagi pembaca mohon di maafkan bila terjadi suatu kesalahan
dalam pengetikan saya kali ini, sekali lagi terimaksih banyak untuk semuanya.
E.
Lampiran Foto saat di Pura Aditya Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar