Senin, 01 Desember 2014

nur makiah_laporan kunjungan



laporan kunjungan ke pura aditya jaya
Jl. Daksinapati Raya No. 10, Rawamangun
Jakarta Timur

Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hinduisme
Dosen Pembimbing: Dr. Syaiful Azmi,M.A.


Oleh:
Nur Makiah : 1113032100075

JurusanPerbandingan Agama
FakultasUshuluddin
Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah
Jakarta
2014

A.    Pendahuluan
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, Atas berkat dan kasih Nya, saya dapat melaksanakan kunjungan ke Pura (Tempat Ibadah Umat Hindu).
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Pengelola Pura yang telah memberi Ijin dan Informasi yang saya butuhkan untuk penulisan laporan ini. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada bapak Dosen Syaiful Azmi, M. A.
Yang telah membimbing saya dan teman-teman dalam melakukan kunjungan dan pembuatan laporan ini.
B.     Pelaksanaan Kegiatan
Hari, Tanggal Pelaksanaan      : Senin, 03 November 2014
Tempat Pelaksanaan                : Pura Aditya Jaya ( Rawa Mangun) Jakarta
Waktu Pelaksanaan                 : 12.10 – 14.00 WIB
Tujuan Kegiatan                      : Mahasiswa Dapat Memperoleh Pengetahuan dan Pengalaman tentang Agama Hindu dan Mengetahui keadaan Pura.          
Jumlah Peserta Kegiatan         : 40 Mahasiswa dan 30 Mahasiswi
Fakultas Ushuluuddin.

  


            Pelaksanaan
Kunjungan ini disambut Baik Oleh Pihak Pengelola Pura Aditya Jaya (Rawa Mangun ) Jakarta.
Saya sangat senang dengan diadakannya kunjungan seperti ini oleh Mahasiswa, Berarti masih ada yang ingin mengetahui tentang ajaran agama Hindu.
Banyak Materi tentang ajaran agama Hindu yang disampaikan oleh Bapak Pimpinan Pengelola pura, seperti tentang sejarah Berdiriinya Pura Aditya Jaya, kitab agama Hindu, dan Hukum karma Phala dalam ajaran Agama Hindu.
Kunjungan yang dilakukan mengangkat tema
“ Hukum Karma Phala dalam ajaran Agama Hindu ‘’
Berharap Dapat menambah dan meningkatkan Pengetahuan Mahasiswa dalam mempelajari ajaran Agama Hindu. Tidak hanya Pemberi materi pihak pengelola Pura, Namun Mahasiswa juga dituntut Aktif bertanya tentang materi yang telah disampaikan oleh pemateri, Agar Mahasiswa menjadi tahu hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui tentang ajaran Agama Hindu yang bertema “ Hukum Karma Phala “ dan Implikasi terhadap kehidupan sehari-hari.
C.    Hasil kunjungan
Berdasarkan pengamatan, dapat saya laporkan perihal berikut :


Ø  Sejarah Pura Aditya Jaya
Pura Aditya Jaya adalah sebuah pura Hindu yang lokasinya berada di daerah Rawamangun, Jakarta.
Pura Aditya Jaya dibangun dalam tujuh tahapan. Pertama dimulai tahun 1972 dan tahap akhir dilakukan tahun 1997.
Tahap Pertama dimulai tahun 1972, yang berhasil dibangun adalah Padmasana, Griya Pedanda (belum permanen), Penglurah, Wantilan di Jaba Tengah namun dalam wujud sederhana berupa, bedeng.
Tahap Kedua dilanjutkan lagi pada tahun 1976, dengan membangun Kuri Agung, Penyengker Jeroan dengan tembok sederhana, Renovasi Wantilan di Jaba Tengah, Taman Sari dalam wujud sederhana.
Tahap Ketiga dilanjutkan tahun 1985, dengan memulai pembangunan wantilan besar di Jaba, walau belum selesai pada tahun itu.
Tahap Keempat dimulai talun 1988. Yang berhasil dibangun adalah Wantilan Besar (melanjutkan pembangunan tahun 1985), Bale Kulkul, Candi Bentar di sebelah Bale Kulkul, Griya Pedanda (permanen), Bale Bengong di sebelah Griya Pedanda.
Tahap Kelima dilanjutkan tahun 1995, dengan membangun Wantilan permanen di Jaba Tengah, Ruang Pasraman/Kuliah (di sebelah wantilan besar di Jabaan).
Tahap Keenam adalah tahun 1996 dengan membuat jalan aspal, Candi Bentar di Jaba Sisi (menghadap kejalan by pass), Candi Bentar di belakang (di ujung Jalan Daksinapati Raya), Renovasi Penyengker Mandala Utama (Jeroan).
Tahap Ketujuh tahun 1997 dengan membangun Penyengker di Jaba Sisi yang menghadap ke jalan by pass.
Pura pertama yang dibangun dan didirikan di Jakarta ini, lokasinya sangat strategis berada disebelah timur lintasan tol Cawang-Tanjung Priok atau sering disebut dengan Jalan Layang A. Yani. Lokasi pura memang berada dipersimpangan Jl. A. Yani dengan Jl. Rawamangun. Pura yang hampir setiap hari dikunjungi ini, memiliki sejarah yang sangat panjang mulai dari sebuah sanggar sebagai tanda yang hingga sekarang ini berdiri sangat megah dengan halaman yang sangat luas.

Gambar di atas adalah pintu gapura untuk memasuki bagian dalam Pura Aditya Jaya, dilihat dari tempat parkir yang arealnya mampu menampung cukup banyak kendaraan roda empat.
Areal parkir ini terhubung dengan Jl. By Pass melalui sebuah pintu gerbang lagi. Kedua pintu gerbang ini hampir selalu tertutup, kecuali barangkali ketika ada upacara keagamaan yang besar. Gapura yang memisahkan wilayah bagian luar dan wilayah bagian tengah Pura, yang terlihat pada gambar di atas, disebut Candi Bentar. Terdapat dua Candi Bentar di Pura Aditya Jaya ini, dimana yang satunya lagi berada di pintu masuk sebelah timur.
Pura Aditya Jaya
Gerbang masuk Pura Aditya Jaya yang menghubungkan wilayah tengah dan wilayah utama Pura. Gapura itu, yang dinamai Kori Agung, memiliki satu pintu utama di tengah dan dua pintu tambahan, masing-masing di sebelah kiri dan kanan
Wilayah tengah Pura Aditya Jaya, yang disebut Madya Mandala atau Jaba Tengah, berisikan bangunan bernama dan Balai Wantilan, yang dipergunakan untuk mempersiapkan upakara, atau perlengkapan yang diperlukan dalam melaksanakan upacara ritual, atauPujawali. Bangsal Wantilan Pura Aditya Jaya juga dipergunakan sebagai panggung tempat dipentaskannya tarian-tarian sakral.
Pura Aditya Jaya
Gambar diatas adalah Candi terbesar yang berada di dalam wilayah utama Pura Aditya Jaya, yang juga disebut Utama Mandala.

Ø  Keadaan Pura
Siang hari pura terlihat bersih dan sejuk,  Namun terlihat banyak tanah yang berada disekitar pura dikarenakan sedang ada perbaikan.
Areal Pura Aditya boleh dibilang cukup luas. Disitu terdapat sejumlah bangunan dan ornament bergaya khas Bali. Suasana Pura juga mirip taman hijau yang terlindung dari sengatan panas matahari karena lebatnya pepohonan rindang disekeliling areal.

Pura Aditya Jaya
Gambar Pemandangan Pura Aditya Jaya yang terlihat ketika memasuki wilayah Candi dari arah timur, atau dari Jl. Daksinapati Raya.

Ø  Pengunjung Pura
Pengunjung pura terlihat sepi, dikarenakan kami datang pada hari senin yaitu  hari libur terkecuali hari sabtu dan Minggu pura terlihat sangat ramai dengan pengunjung.
lebih-lebih saat diselenggarakannya Pendidikan Agama bagi anak-anak yang beragama Hindu mulai dari SD-SMP dan SMA termasuk juga mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ingin memperoleh nilai agama untuk memenuhi nilai SKS-nya. Bahkan sekarang sudah berdiri Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH).

Ø  Materi yang disampaikan
Agama Hindu sangat meyakini akan adanya Hukum karma, dan Agama Hindu memiliki kitab suci yang disebut kitab weda, tidak hanya kitab suci yang dimiliki agama Hindu melainkan agama Hindu juga memiliki orang suci seperti didalam agama Islam yang disebut nabi, Dan agama Hindu memiliki tempat yang suci yang disebut pura, akan tetapi tidak hanya satu pura melainkan banyak istilah-istilah tempat suci diantaranya candi, tongkonan, penawaran dan istilah lokal lainnya.
Agama Hindu berawal dari India dan menyebar ke Indonesia.
Dalam agama Hindu kitab suci Weda berasal dari bahasa sansekerta yaitu wid pengetahuan.  weda tidak berawal dan tidak berakhir begitu terciptanya bumi weda sudah ada, begitu pula terciptanya manusia, weda sudah ada. Karena weda sifatnya pengetahuan, terlahirnya manusia sudah mempunyai pengetahuan. Kemudian kitab suci weda dari pengetahuan ini diterima oleh pendengaran atau ucapan yang disebut srute, dan diajarkan dari mulut ke mulut.
Sumber dari tulisan weda yaitu weda negeri yang berbentuk garis-garis kitab suci tertulis. Agama Hindu adalah agama yang paling tertua atau kuno. Kepercayaan Hindu disebut Crada (keyakinan) ada 5 pancha Crada :
5 dasar keyakinan dalam agama Hindu mengenai karma phala.
1)      Percaya adanya Percaya adanya tuhan (Brahman /Hyang widhi).
2)      Percaya adanya Atman (Percikan dari pada Brahman).
3)      Percaya adanya Hukum karma phala (sebab akibat dari setiap perbuatan).
4)      Percaya adanya Panurbawa (Reinkarnasi atau samsara atau kelahiran kembali).
5)      Percaya adanya Moksa (Kebahagiaan yang sejati dan abadi yang dapat dirasakan manusia hingga ia terbatas dari hukum karma phala, samsara sehingga akan bersatunya atman dengan Brahman).
Jadi karma phala adalah rukun iman yang ke-tiga dalam kepercayaan agama Hindu yang terdapat dalam ajaran panca crada. Dan ajaran panca crada berpedoman kepada kitab suci agama Hindu seperti kitab sarasamuccaya, bagawadgita, veda. Dimana kitab-kitab tersebut merupakan sumber hukum agama Hindu, hukum atau peraturan – peraturan yang mengatur tingkah laku manusia baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok agar tercipta suatu suasana hidup serasi, berdaya guna dan tertib.
Dalam kitab suci bradh aranyaka upanisad dikatakan “Hukum” diartikan sama dengan “kebenaran”.
Karma phala berasal dari 2 kata, yaitu karma yang artinya segala perbuatan, dan phala yang artinya buah atau hasil.
Jadi karma phala artinya segala perbuatan akan memperoleh hasil, hasil dari segala perbuatan. Ada 3 macam karma phala dalam agama Hindu.
o   Sancita karma phala
Adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yangg sekarang.
Maksudnya perbuatan baik yang dulu pernah kita lakukan tapi belum mendapat phala, akhirnya dilahirkan kembali selama belum mencapai moksa.
Untuk menerima pahala dan perbuatan baik itu terus menerus sampai ia mencapai moksa. Moksa berada dengan surga yaitu ada 2 konsep dunia dan akhirat. Senang / bahagia dan sedih.
o   Pradabda karma phala
Adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi. Maksudnya perbuatan baik dan buruk seimbang dan telah mendapat pahala.
o   Kriyamana karma phala
Adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.
Maksudnya perbuatan yang kita lakukan tapi belum sempat mendapat balasan atau pahala maka akan diterima pada kehidupan yang akan datang. Contohnya: seseorang yang berbuat kebaikan tetapi belum mendapat balasan/phala, maka dikehidupan yang akan datang ia akan mendapatkan phala kebahagiaan.
Sifat-sifat dalam hukum karma ialah :
ü  Hukum karma bersifat abadi maksudnya sudah ada sejak mulai penciptaan alam semesta ini dan tetap berlaku sampai alam semesta ini mengalami (kiamat),
ü  Hukum karma bersifat Universal artinya berlaku bukan untuk manusia tetapi juga untuk makhluk-makhluk seisinya alam semesta.
ü  Hukum karma berlaku sejak jaman pertama penciptaan, jaman sekarang, jaman yang akan datang.
ü  Hukum karma itu sangat sempurna, adil, dan tidak ada yang dapat menghindarinya.
ü  Hukum karma tidak ada pengecualian terhadap siapapun, bahkan bagi sri rama yang sebagai titisan wisnu tidak mau merubah adanya keberadaan hukum karma itu.

D.    Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengamatan saya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·         Bahwa karma phala akan menjadikan manusia tidak akan lepas dari apa yang pernah ia perbuat yakni perbuatan manusia, baik melalui tubuh, ucapan dan pikiran. Jadi tidak dapat disangkal bahwa seseorang akan memetik hasil dari apa yang ia perbuat.
·         Mengenai surga dan neraka dalam agama Hindu, bahwa surga dan neraka itu bisa terjadi didunia dan juga diakhirat. Surga ialah penuh dengan kebahagiaan dan neraka penuh dengan kesengsaraan atau siksa-siksa sebagai balasan atas perbuatan jelek yang dilakukannya didunia.

E.     Penutup
Demikianlah laporan kunjungan ke pura.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapan. Atas tanggapan yang diberikan, sebelumnya saya ucapkan terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar